Sunday, September 17, 2006

Pilot Project P2KP-3 di Bulan Agustus 2006


Proses pembelajaran kritis yang dilakukan pada Pilot Project P2KP-3 Papua Maluku di kota Jayapura Papua sudah memasuki bulan ke tiga sejak di mobilisasi awal bulan Juni 2006. Seperti yang kita ketahui bersama proses pembelajaran kritis pada program ini menggunakan metode PRA (Participatory Rural Appraisal) yang lebih menitik beratkan kepada partisifasi masyarakat dengan olah pikir dan olah rasanya. Bagaimana masyarakat diajak untuk selalu melakukan olah pikir dan olah rasa pada setiap diskusi-diskusi (rembug) disetiap siklus kegiatan sehingga timbul penyadaran-penyadaran secara kritis.
Pelaksanaan pendampingan periode bulan Agustus ini meliputi kegiatan lanjutan di bulan Juli yang belum selesai yaitu sosialisasi lanjutan tingkat basis dan RKM tingkat basis, pendaftaran relawan, RKM kelurahan serta penyebarluasan hasil RKM kelurahan, Refleksi Kemiskinan tingkat basis serta TOT Faskel tentang Pemetaan Swadaya (PS). Terkait dengan keterbatasan waktu, maka pelaksanaan pemenuhan indikator untuk sosialisasi P2KP dimana batas minimal PAD yang ditetapkan 30 % dari jumlah penduduk dewasa dilakukan secara paralel dengan pelaksanaan siklus lanjuan yaitu RK, sehingga diharapkan pada bulan Agustus 2006 ini kegiatan sosialisasi lanjutan dapat terus menerus dilaksanakan di tengah masyarakat. Selain hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan pemberdayaan juga dilakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya koordinasi baik dengan Satker Provinsi Papua , Bappeda Kota Jayapura, PPK Kota Jayapura, Ka Distrik Jayapura Utara maupun dengan tim fasilitator.
Sampai saat ini tim fasilitator telah menyelesaikan tahapan siklus RKM tingkat Kelurahan di semua kelurahan sasaran, dan Refleksi Kemiskinan tingkat basis. Respon masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh tim fasilitator di tingkat basis menunjukkan respon positif, demikian pula di tingkat kelurahan, Distrik ataupun di Kota Jayapura.

Kegiatan bulan Agustus 2006 yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi pemberdayaan telah menyelesaikan Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) tingkat kelurahan, pelatihan relawan, RK dan sosialisasi lanjutan tingkat basis dan penyepakatan RK tingkat kelurahan.
Jumlah pertemuan warga dimulai dari sosialisasi awal kelurahan sampai RKM kelurahan sebanyak 105 kali dengan jumlah warga yang hadir sebanyak 33.036 jiwayang terdiri dari 1907 laki-laki dan 2039 perempuan.
Dari hasil penggalian relawan waktu RKM jumlah relawan yang terdaftar adalah Kelurahan Bhayangkara sejumlah 85 orang yang terdiri dari 50 laki-laki dan 35 perempuan; Kelurahan Gurabesi sejumlah 73 orang yang terdiri dari 44 laki-laki dan 29 perempuan; Kelurahan Imbi sejumlah 90 orang yang terdiri dari 42 laki-laki dan 48 perempuan; Kelurahan Tanjung Ria sejumlah 81 orang yang terdiri dari 43 laki-laki dan 38 perempuan.
Jumlah relawan yang terdaftar di ke empat kelurahan sasaran telah melampaui batas yang ada dalam Project Appriasal Document (PAD) yaitu 25 orang per kelurahan. Relawan-relawan tersebut dilatih diberikan dasar-dasar pemahaman P2KP (olah pikir dan olah rasa) kemudian dilanjutkan dengan coaching Refleksi Kemiskinan (RK). Jumlah relawan yang dilatih Kelurahan Bhayangkara sejumlah 57 orang yang terdiri dari 34 laki-laki dan 23 perempuan; Kelurahan Gurabesi sejumlah 42 orang yang terdiri dari 24 laki-laki dan 18 perempuan; Kelurahan Imbi sejumlah 90 orang yang terdiri dari 42 laki-laki dan 48 perempuan; Kelurahan Tanjung Ria sejumlah 70 orang yang terdiri dari 41laki-laki dan 29 perempuan.

Harapannya agar para relawan dapat bergerak dimasing-masing RT nya untuk melakukan fasilitasi dan memandu diskusi RK.
Hasil kegiatan sosialisasi lanjutan dan FGD RK sampai tanggal 29 Agustus 2006 Kelurahan Bhayangkara sejumlah 1257 orang yang terdiri dari 666 laki-laki dan 591 perempuan; Kelurahan Gurabesi sejumlah 1011 orang yang terdiri dari 428 laki-laki dan 583 perempuan; Kelurahan Imbi sejumlah 994 orang yang terdiri dari 450 laki-laki dan 544 perempuan; Kelurahan Tanjung Ria sejumlah 1050 orang yang terdiri dari 562 laki-laki dan 470 perempuan.

Sosialisasi lanjutan dilakukan sebelum acara diskusi RK dilaksanakan. Terlebih dahulu faskel atau relawan mensosialisasikan program secara singkat, setelah itu baru warga yang hadir dibagi kedalam beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari 8 – 12 orang.

Kajian Pelaksanaan Pilot Project

1. Pra Kajian
Penduduk yang kurang mampu kebanyakan penduduk asli Papua, baik yang berasal dari Wamena, Tanah merah, Kayu Batu, Kayu Pulau, Biak, Serui dan Paniai. Mereka ada yang buruh kasar di pelabuhan, tukang parkir, buruh bangunan, pemecah batu, tani dan nelayan.
Program penanggulangan kemiskinan banyak sekali seperti aseskin, raskin, BLT, dan dana BOS. Program-program tersebut dirasakan oleh masyarakat banyak yang salah sasaran dan tumpang tindih antara bantuan yang satu dengan lainnya. Warga tidak diajak berpartisifasi, mereka merasa tidak pernah dilibatkan sama sekali.

2. Kajian Analisis Tingkat Partisipatif
Pelaksanaan kegiatan selama bulan Agustus adalah RKM kelurahan Bhayangkara yang dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2006 dan kelurahan Imbi tanggal 12 Agustus 2006, Sosialisasi lanjutan dan Diskusi Kelompok Terarah / Focus Group Discusion (FGD) Refleksi Kemiskinan Hasil dari pelaksanaan siklus tersebut kemudian dilakukan kajian dan dibandingkan dengan standar yang ada sebagaimana tertera dalam Project Appriasal Document (PAD).
2.1. Tingkat Pemda
Keterlibatan aparat pemerintahan dari tingkat provinsi (satker provinsi) baik yang langsung dihadiri oleh satker, asisten satker maupun staff satker sangat aktif menghadiri pertemuan-pertemuan warga baik waktu acara sosialisasi awal sampai RKM, selain itu alat-alat yang diperlukan seperti infocus juga diberikan pinjam dari kantor satker Provinsi. Tingkat kota Jayapura keterlibatan aparat pemda kota diwakili oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kota mengikuti setiap kegiatan sama hal nya dengan satker provinsi, sedangkan dari PU Kota hanya sesekali saja. Keterlibatan Kepala Distrik Jayapura Utara pun sangat membantu kegiatan tim faskel di lapangan, disetiap ada kegiatan terutama di level kelurahan selalu hadir.
2.2. Kelurahan Sasaran
Keterlibatan aparat kelurahan (Ka Kelurahan / Staff Kelurahan) dalam acara rembug-rembug tingkat kelurahan dan memotifasi aparat RW dan RT untuk ketiga kelurahan (Tanjung Ria, Gurabesi dan Bhayangkara) agar mendampingi warganya dalam kegiatan rembug warga tingkat basis (RT) dirasakan sangat membantu kegiatan pendampingan di lapangan. Kecuali untuk kelurahan Imbi Kepala Kelurahan nya kurang merespon untuk kegiatan ini. Koordinasi dengan kepala kelurahan Imbi sangat sulit dilakukan, bahkan dalam kegiatan di kelurahan pun baik pembukaan dan penutupan pelatihan relawan tidak hadir.
Respon masyarakat sangat baik dibuktikan dengan kehadiran warga selama FGD RK sebanyak 4312 orang (13,05 %) yang terdiri dari 2106 orang laki-laki dan 2188 orang perempuan. Agar lebih rinci dapat dilihat pada uraian di bawah ini :

2.2.1. Kelurahan Bhayangkara
RKM di tingkat kelurahan baru dapat dilaksanakan tanggal 5 Agustus 2006, dengan jumlah peserta yang hadir 116 orang terdiri dari 47 orang laki-laki, 69 orang perempuan. Bila dibandingkan dengan sosialisasi awal tk kelurahan maka yang hadir dalam mengikuti RKM di kelurahan lebih banyak, karena selain aparat RT dan RW, tokoh masyarakat juga dihadiri relawan. Jumlah Relawan yang terdaftar sebanyak 85 orang yang terdiri dari 50 orang laki-laki dan 35 orang perempuan. Setelah dilaksanakan RKM di kelurahan maka kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan relawan yang dimulai tanggal 8 – 10 Agustus 2006, diikuti oleh 57 orang relawan yang terdiri dari 34 orang laki-laki dan 23 orang perempuan
Kegiatan dilanjutkan dengan pembekalan relawan praktek memfasilitasi kegiatan RK di tingkat basis (RT). Jumlah warga yang mengikuti FGD RK sampai tanggal 29 Agustus 2006 adalah sebanyak 1257 orang terdiri dari 666 orang laki-laki dan 591 orang perempuan. Tingkat partisipatif warga mencapai 17,49 % bila dibandingkan dengan jumlah penduduk dewasa di kelurahan Bhayangkara. Sedangkan tingkat partisipatif perempuan yang hadir sebanyak 591 orang (47,02 %). Hal ini cukup menggembirakan dimana partisipasi perempuan cukup besar bahkan melebihi batas minimal PAD 25 %. Demikian halnya dengan patisipasi KK miskin dalam mengikuti rembug sebanyak 623 orang (49,56 %).

2.2.2 Kelurahan Gurabesi
Setelah dilaksanakan RKM di kelurahan maka kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan relawan yang dimulai tanggal 31 Juli – 02 Agustus 2006, diikuti oleh 42 orang relawan yang terdiri dari 24 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Kegiatan dilanjutkan dengan pembekalan relawan praktek memfasilitasi kegiatan RK di tingkat basis (RT). Jumlah warga yang mengikuti FGD RK sampai tanggal 29 Agustus 2006 adalah sebanyak 1011 orang terdiri dari 428 orang laki-laki dan 583 orang perempuan. Tingkat partisipatif warga mencapai 10,00 % bila dibandingkan dengan jumlah penduduk dewasa di kelurahan Gurabesi. Sedangkan tingkat partisipatif perempuan yang hadir sebanyak 583 orang (57,67 %). Hal ini cukup menggembirakan dimana partisipasi perempuan cukup besar bahkan melebihi batas minimal PAD 25 %. Demikian halnya dengan patisipasi KK miskin dalam mengikuti rembug sebanyak 648 orang (64,09 %).

2.2.3 Kelurahan Imbi
RKM di tingkat kelurahan baru dapat dilaksanakan tanggal 12 Agustus 2006, dengan jumlah peserta yang hadir 44 orang terdiri dari 31 orang laki-laki, 13 orang perempuan. Bila dibandingkan dengan sosialisasi awal tk kelurahan maka yang hadir dalam mengikuti RKM hampir sama, hal ini disebabkan banyak ketua RT dan tokoh masyarakat yang tidak hadir. Selain itu banyak undangan yang tidak sampai ke warga dan dorongan aparat kelurahan terutama pak lurah sangat minim. Jumlah Relawan yang terdaftar sebanyak 90 orang yang terdiri dari 42 orang laki-laki dan 48 orang perempuan.
Setelah dilaksanakan RKM di kelurahan maka kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan relawan yang dimulai tanggal 14 – 16 Agustus 2006, diikuti oleh 90 orang relawan yang terdiri dari 42 orang laki-laki dan 48 orang perempuan. Kegiatan dilanjutkan dengan pembekalan relawan praktek memfasilitasi kegiatan RK di tingkat basis (RT). Jumlah warga yang mengikuti FGD RK sampai tanggal 29 Agustus 2006 adalah sebanyak 994 orang terdiri dari 450 orang laki-laki dan 544 orang perempuan. Tingkat partisipatif warga mencapai 13,20 % bila dibandingkan dengan jumlah penduduk dewasa di kelurahan Imbi. Sedangkan tingkat partisipatif perempuan yang hadir sebanyak 544 orang (54,73 %). Hal ini cukup menggembirakan dimana partisipasi perempuan cukup besar bahkan melebihi batas minimal PAD 25 %. Demikian halnya dengan patisipasi KK miskin dalam mengikuti rembug sebanyak 760 orang (76,46 %).
2.2.4 Kelurahan Tanjung Ria
Setelah dilaksanakan RKM di kelurahan maka kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan relawan yang dimulai tanggal 03 – 05 Agustus 2006, diikuti oleh 70 orang relawan yang terdiri dari 41 orang laki-laki dan 29 orang perempuan.
Kegiatan dilanjutkan dengan pembekalan relawan praktek memfasilitasi kegiatan RK di tingkat basis (RT). Jumlah warga yang mengikuti FGD RK sampai tanggal 29 Agustus 2006 adalah sebanyak 1050 orang terdiri dari 562 orang laki-laki dan 470 orang perempuan. Tingkat partisipatif warga mencapai 13,20 % bila dibandingkan dengan jumlah penduduk dewasa di kelurahan Tanjung Ria. Sedangkan tingkat partisipatif perempuan yang hadir sebanyak 470 orang (44,76 %). Hal ini cukup menggembirakan dimana partisipasi perempuan cukup besar bahkan melebihi batas minimal PAD 25 %. Demikian halnya dengan patisipasi KK miskin dalam mengikuti rembug sebanyak 533 orang (50,76 %).
3. Gambaran Awal Refleksi Kemiskinan

Kegiatan rembug warga mendiskusikan tentang kemiskinan yang dilakukan dengan cara Diskusi Kelompok Terarah/Focus Group Discusion (FGD) dimana masing-masing warga berkelompok sebanyak 8 – 12 orang setiap kelompok untuk mendiskusikan masalah kemiskinan di wilayahnya. Harapannya hasil dari diskusi tersebut masyarakat dapat mengolah pikir sehingga dapat mengartikan arti miskin menurut mereka, ciri-ciri miskin dan dapat mengetahui akar permasalahan penyebab kemiskinan. Selain itu masyarakat diajak mengolah rasa apakah mereka merupakan warga yang kurang beruntung (miskin/kurang mampu) atau mereka adalah warga yang beruntung (mampu). Harapannya adalah kepada warga yang kurang beruntung atau miskin mereka dapat menyadari bahwa mereka bisa merubahnya dengan kemauan dan i’tikad yang kuat serta dapat meyakinkan masyarakat yang lain bahwa dia orang yang dapat dipercaya, jujur dan punya kemauan untuk merubah ke arah yang lebih baik. Sedangkan pada kelompok yang mampu (beruntung) mereka sadar bahwa kelompoknya merupakan bagian yang dapat membantu memecahkan atau meringankan masalah kemiskinan dengan menumbuh kembangkan rasa empati atau kepedulian yang tinggi sehingga akan tumbuh ikatan-ikatan sosial yang kuat.
Hasil dari diskusi yang dilakukan di tingkat basis masyarakat dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

Arti miskin menurut mereka adalah suatu keadaan seseorang atau warga masyarakat yang belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari secara layak (manusiawi) baik sandang, pangan, papan dan kesehatan.

Ciri-ciri miskin :
· Penghasilan kurang dari 500 ribu s/d 1 juta perbulan
· Makan sehari dua kali hanya dengan sayur-mayur tanpa bumbu atau hanya dengan tahu tempe saja.
· Jumlah tanggungan lebih dari 5
· Tingkat pendidikan rendah hanya tamat SD atau SMP
· Minder, kurang pergaulan (Kuper)
· Rumah berukuran 3 x 4 m dari bahan bekas seperti kayu-kayu peti-peti kapal dan beratapkan seng-seng bekas yang bocor serta lantainya masih tanah
· Kurang air bersih
· Lingkungan kumuh (jalan, solokan rusak)
· MCK umum bahkan tidak punya
Penyebab Kemiskinan :
· Kurang lapangan pekerjaan
· Kurang keterampilan dan pendidikan rendah
· Malas dan gengsi tinggi
· Kurang modal
· Kurang informasi
· Tidak jujur
· Kebijakan yang tidak berpihak atau tidak adil
Akar Penyebab Kemiskinan menurut mereka setelah dirunut adalah akibat lunturnya nilai-nilai moral manusia (banyak orang yang tidak adil, tidak bijaksana, mementingkan dirinya atau kelompoknya, tidak peduli terhadap sesama).